A. Gempa
Bumi
Gempa bumi
adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempengan bumi,
patahan aktif, aktivitas gunung api atau runtuhan batuan. Ilmu yang mempelajari
gempa bumi, gelombang-gelombang seismik serta perambatannya disebut seismologi.
Kerak bumi
selalu bergerak. Pada saat lempengan kerak saling bertemu, terjadilah gaya yang
amat besar yang menyebabkan timbulnya tegangan dan energy. Sisi-sisi lempeng
bertubrukan, saling menghujam dan kadang-kadang menyebabkan salah satu lempeng terbenam di
bawah lempeng yang lain. Lempeng samudera yang rapat massanya lebih besar
ketika bertabrakan dengan lempeng benua di zona tubrukan (subduksi) akan
menyusup ke bawah.
Gerakan
lempeng itu akan mengalami perlambatan akibat gesekan dari selubung bumi.
Perlambatan itu menyebabkan penumpukan energy di zona subduksi dan zona
patahan. Akibatnya di zona tersebut terjadi tekanan, tarikan dan geseran. Pada
saat batas elastisitas lempeng terlampaui, maka terjadi patahan batuan yang
diikuti lepasnya energy secara tiba-tiba. Proses ini akan menyebabkan getaran
partikel kesegala arah yang disebut gelombang gempa bumi.
Energy yang
timbul dari gempabumi disebut gelombang seismic yang menggerakkan batuan. Dari
hiposentrum yaitu pusat gempa, gempa bumi akan melepaskan gelombang kesegala
arah. Titik dipermukaan bumi yang tepat di atas hiposentrum disebut episentrum.
Kerusakan paling parah biasanya terjadi di daerah ini. Sejumlah gelombang
seismic merambat ke bawah permukaan bumi, sebagian lagi merambat ke zona yang
berdekatan dengan permukaan bumi.
B. Jenis-jenis
Gempa Bumi
1. Jenis
gempa bumi menurut terjadinya
Ø
Gempa vulkanik
Gempa
vulkanik adalah bumi yang disebabkan oleh letusan gunung api.
Ø
Gempa teknonik
Gempa
teknonik adalah gempa yang disebabkan pergeseran lapisan kulit bumi.
Ø
Gempa runtuhan atau terban
Gempa
runtuhan atau terban adalah gempa bumi yang disebabkan oleh tanah longsor,
gua-gia yang runtuh, dan sejenisnya.
2. Jenis
gempa bumi menurut kedalaman hiposentrum
Ø
Gempa dangkal
Gempa
dangkal adalah gempa bumi yang kedalamannya hiposentrumnya kurang dari 70 km
dari permukaan bumi.
Ø
Gempa menengah
Gempa
menengah adalah gempa bumi yang kedalamannya hiposentrumnya atara 70-300 km
dari permukaan bumi.
Ø
Gempa dalam
Gempa dalam
adalah gempa bumi yang kedalamannya hiposentrumnya antara 300-700 km dari
permukaan bumi.
3. Jenis
gempa menurut lokasinya
Ø
Gempa daratan
Gempa
daratan adalah gempa bumi yang episentrumnya terletak di daratan.
Ø
Gempa lautan
Gempa lautan
adalah gempa bumi yang episentrumnya terletak di laut.
4. Jenis
gempa menurut kekuatannya
Ø
Gempa sangat besar, magnitudo > 8
Skala Richter
Ø
Gempa besar, magnitudo 7-8 Skala
Richter
Ø
Gempa merusak, magnitudo 5-7 Skala
Richter
Ø
Gempa sedang, magnitudo 4-5 Skala
Richter
Ø
Gempa kecil, magnitudo 3-4 Skala
Richter
Ø
Gempa mikro, magnitudo 1-3 Skala
Richter
Ø
Gempa ultramikro, magnitudo < 1
Skala Richter
5. Jenis
gempa menurut intensitasnya,
Ø
Macroseisme, yaitu gempa yang
intensitasnya besar dan dapat diketahui tanpa dengan menggunakan alat.
Ø
Microseisme, yaitu gempa yang
intensitasnya kecil sekali dan hanya dapat diketahui dengan menggunakan
alat perekam.
C. Jenis-jenis
Getaran Gelombang Gempa
1. Gelombang
primer (P) yaitu berupa gelombang yang merambat secara longitudinal dengan kecepatan
4-7 km/detik.
2. Gelombang
sekunder (S) yaitu berupa gelombang yang merambat secara
transversal dengan kecepatan 2-5 km/detik.
3. Gelombang
panjang (L) atau gelombang permukaan yaitu getaran gempa yang merambat di
permukaan bumi dengan kecepatan rambat lebih rendah.
D. Alat
Pencatat Gempa Bumi
Getaran
seismik dapat berupa getaran yang arah gerakannya vertical dan getaran yang
arah getarnya horizontal. Untuk mengetahui kekuatan gempa bumi digunakan alat
yang disebut seismometer. Seismometer berasal dari bahasa Yunani
yaitu seismos berarti gempa bumi dan metero yang
berarti mengukur. Seismometer adalah sebuah alat atau sensor getaran, yang
biasanya dipergunakan untuk mengetahui kekuatan gempa bumi. Seismometer
yang dirangkai dengan alat yang mencatat parameter gempa disebut seismograf.
Hasil rekaman dari alat ini disebut seismogram.
Rekaman ini
dapat dipergunakan salah satunya untuk menentukan magnitudo gempa tersebut.
Selain itu dari beberapa seismogram yang direkam ditempat lain, dapat
menentukan pusat gempa atau posisi dimana gempa tersebut terjadi.
Dengan
perkembangan teknologi dewasa ini maka kemampuan seismometer dapat
ditingkatkan, sehingga bisa merekam getaran dalam jangkauan frekuensi yang
cukup lebar. Alat seperti ini disebut seismometer broadband.
E. Sejarah Seismometer
Prototip
dari alat ini diperkenalkan pertama kali di China pada abad ke 2 pada tahun 132
SM oleh matematikawan dari Dinasti Han yang bernama Chang Heng. Dengan alat ini
orang pada masa tersebut bisa menentukan dari arah mana gempa bumi terjadi.
Kemudian John Milne menemukan horizontal pendulum seismograf di Imperial of
Engineering (Jepang) pada tahun 1880.
Pada
pertengahan abad ke-18, gempa bumi diukur dengan instrumen yang bernama
seismokop. Seismokop adalah peralatan perekam gempa yang paling primitif.
Seismokop terdiri dari sebuah kontainer sederhana berisi air atau air raksa.
Ketika terjadi gempa, cairan tersebut akan bergerak naik-turun akibat getaran
gempa yang terjadi.
Terobosan
besar untuk pengukuran gempa bumi datang pada tahun 1920, ketika dua ilmuwan
Amerika mengembangkan alat yang disebut Wood-Anderson seismograf. Alat ini
lebih sensitif dibandingkan seismograf yang ada pada masa itu, sehingga
langsung banyak digunakan di seluruh dunia dan menjadi cikal bakal seismograf
yang sekarang ada dan berkembang. Saat ini, seismograf banyak digunakan oleh
Seismologist dalam mempelajari sesar dan gempa bumi.
F. Bagian-bagian
pokok seismograph
Seismograph
adalah alat yang dapat mencatat gerakan tanah secara terus
menerus. Bagian penting dari sebuah seismograph yang
beroperasi dan sampai menghasilkan catatan (seismogram) sebenarnya terdiri
dari :
1. Seismometer
Yaitu alat
yang merubah energi gerak (mekanik) menjadi energi listrik. Bagian ini
sering kita sebut sensor atau tranduser.
2. Amplifier/penguat
Yaitu alat
yang dapat memperbesar daya masukan (input) sehingga menghasilkan daya keluaran
(output) yang besarnya sesuai dengan pembesaran yang di inginkan.
3. Jam
Merupakan
bagian yang memberi tanda waktu untuk setiap catatan, disamping itu juga
mengendalikan frekuensi pencatatan alat dalam hal ini kecepatan motor penggerak
drum yang terdapat pada bagian recoder.
4. Radio
Yaitu
pesawat penerima siaran tanda waktu yang di siarkan oleh radio-radio
khusus yang menyiarkan tanda waktu (Inggris, Australia, Jepang) yang digunakan
untuk mengoreksi keadaan jam agar selalu sama dengan jam acuan yang dipakai
secara international yaitu G.M.T ( Greenwich Mean Time).
5. Rekoder/pencatat
Rekoder
terdiri dari dua komponen yaitu :
· PMA
(Pen Motor Aplifier) : yaitu bagian/alat yang merubah energy
listrik menjadi energi gerak.
· Drum
: yaitu tempat catatan seismogram di pasang.
6. Power
Supply.
Yaitu sumber
tegangan DC dari setiap bagian rangkaian pada seismograph, untuk SPS-1
kenimetriks.
G. Prinsip
kerja Seismograf
Ketika
terjadi gempa, getaran gempa yang terekam adalah gelombang primer karena
kecepatan rambatnya paling tinggi, lalu diikuti oleh rekaman gelombang sekunder
yang memiliki kecepatan rambat lebih rendah dari gelombang primer. Gelombang
permukaan datang paling akhir karena memiliki kecepatan rambat paling rendah.
Seismograf mencatat semua getaran dan kecepatan rambat gempa bumi dalam bentuk
seismogram.
Seismograf
memiliki instrumen sensitif yang dapat mendeteksi gelombang seismik yang
dihasilkan oleh gempa bumi. Gelombang seismik yang terjadi selama gempa
tergambar sebagai garis bergelombang pada seismogram. Seismologist mengukur
garis-garis ini dan menghitung besaran gempa.
Umumnya,
sebuah seismometer terdiri dari massa yang melekat pada dasar yang tetap.
Selama gempa bumi, basis/dasar bergerak dan massa tidak. Gerakan basis terhadap
massa diubah menjadi tegangan listrik. Tegangan listrik dicatat/direkam di atas
kertas, pita magnetik, atau media rekaman lain. Rekaman ini berbanding lurus
dengan gerakan massa Seismometer relatif terhadap bumi, tetapi bisa
dikonversikan secara matematis kedalam rekaman dari pergerakan mutlak
tanah/bumi. Seismograf umumnya merupakan sebuah seismometer dengan alat
perekamnya sebagai satu unit alat.
Pada
prinsipnya, seismograf terdiri dari gantungan pemberat dan ujung lancip seperti
pensil. Dengan begitu, dapat diketahui kekuatan dan arah gempa lewat gambaran
gerakan bumi yang dicatat dalam bentuk seismogram.
Ada dua
macam seismograf :
1. Seismograf Horizontal
Seismograf
horizontal, yaitu seismograf yang mencatat getaran bumi pada arah
horizontal. Seismometer ini menggunakan pendulum. Ketika terjadi getaran
yang arah geraknya horizontal, maka bola pendulum akan bergerak kesamping dan
dibagian bawahnya ada alat seperti pena untuk menggambarkan grafik getaran yang
terjadi pada sebuah kertas. Akan tetapi penggunaan pendulum yang sederhana ini
belum dapat untuk merekam dengan bagus getaran dengan frekwensi rendah. Untuk
mengatasinya, digunakan inverted pendulum yang terdapat pegas pada kedua sisi
bola pendulum. Sehingga ketika bergetar, maka salah satu pegas akan meredam
getaran dan pegas yang lain memberikan tambahan gaya kepada pendulum yang
berakibat pendulum dapat berosilasi dengan frekwensi yang kecil sehingga
getaran berfrekwensi rendah tersebut akan dapat direkam pada kertas.
Dahulu,
seismograf hanya dapat mendeteksi gerakan horizontal, tetapi saat ini
seismograf sudah dapat merekam gerakan-gerakan vertikal dan lateral. Seismograf
menggunakan dua gerakan mekanik dan elektromagnetik seismographer. Kedua jenis
gerakan mekanikal tersebut dapat mendeteksi baik gerakan vertikal maupun
gerakan horizontal tergantung dari pendular yang digunakan apakah vertikal atau
horizontal.
2. Seismometer
Vertical
Seismograf
vertical, yaitu seismograf yang mencatat getaran bumi pada arah
vertical. Seismometer ini menggunakan sebuah beban, pegas dan sebuah pena.
Beban digantungkan pada sebuah pegas dengan ujung pegas yang lain tergantung
pada sebuah tempat. Ketika terjadi getaran atau gempa, maka pegas akan segera
meregang atau memendek dan beban akan bergerak karena mempertahankan keadaan
inersia/kelebaman akibat bergerak pegas tersebut. Dibagian bawahnya ada alat
seperti pena untuk menggambarkan grafik getaran yang terjadi pada sebuah
kertas.
Seismograf
modern menggunakan elektromagnetik seismographer untuk memindahkan volatilitas
sistem kawat tarik ke suatu daerah magnetis. Peristiwa-peristiwa yang
menimbulkan getaran kemudian dideteksi melalui spejlgalvanometer. Pada
perangkat pendeteksi getaran modern menggunakan sensor elektronik, amplifier,
dan perangkat untuk merekam data yang didapat. Seismometer modern terdiri dari
sebuah pegas, sebuah bebanyang pada bagian luarnya dililit kumparan, rangkaian
amplifier dan perangkat untuk melihat grafik yang dihasilkan (seperti
osiloskop). Prinsip kerjanya ketika getaran terjadi makan beban akan bergerak,
akibat gerakan tersebut akan terjadi perubahan fluks magnet yang dihasilakan
arus melalui kumparan untuk menuju ke amplifier. Oleh amplifier sinyal yang
dihasilkan akan diperkurat dan akan direkam pada sebuah alat seperti osiloskop.
H. Membaca
Seismogram
Hasil catatan seismograf disebut seismogram. Bila
terjadi gempa, getaran seismic pertama yang ditangkap adalah gelombang primer
(P) karena kecepatan rambatnya lebih tinggi. Beberapa saat kemudian datang
gelombang sekunder (S) yang memiliki kecepatan rambat lebih rendah dan yang
terakhir adalah gelombang pangjang (L) atau gelombang permukaan karena
kecepatan rambatnya paling rendah. Pada seismogram, ketiga getaran ini dapat
dibedakan dengan mudah karena ketiganya memiliki ciri atau karakteristik yang
berlainan.
Pada
seismogram, gelombang primer (P)
tercatat pada fase pertama dan selang beberapa waktu kemudian datang gelombang fase ke dua, yaitu gelombang sekunder (S).
selisih waktu pencatatan gelombang primer dan sekunder tersebut dapat digunakan
untuk menghitung jarak episentrum. Dengan diketahuinya jarak episentrum dari
beberapa stasiun pencatat gempa (minimal 3 stasiun) dapat digunakan untuk
menentukan lokasi episentrum. Beberapa cara untuk mengetahui lokasi
episentrum adalah:
1. Dengan
menggunakan hasil pencatatan seismograf. Yaitu satu seismograf vertical, satu
horizontal yang berarah utara-selatan, dan satu lagi seismograf yang berarah
timur-barat. Dengan tiga seismograf ini akan ditemukan letak episentrum.
2. Dengan
menggunakan tiga tempat yang terletak dalam satu homoseista. Ketiga tempat yang
terletak dalam satu homosesita itu dihubungkan, kemudian ditarik garis sumbu
pada garis yang menghubungkan tempat-tempat pencatatan.
3. Dengan
menggunakan tiga tempat yang mencatat jarak episentrum. Cara ini dicari dengan
rumus Laska, yaitu:
Jarak episentrum dengan
stasiun pencatat gempa = [(S-P)-1] X 1 megameter
S-P =
selisih waktu pencatatan gelombang primer dengan gelombang sekunder, dalam
satuan menit.
Misalnya :
Kota X
mencatat jarak episentrum 5000 km
Kota Y
mencatat jarak episentrum 7000 km
Kota Z
mencatat jarak episentrum 4000 km
Dengan data
tiga episentrum di tiga kota, kemudian kita ambil peta yang sesuai
skalanya. Letak apisentrum akan didapat dari perpotongan ketiga lingkaran.
I. Klasifikasi
Pengukuran Gempa
Ketika
terjadi gempa, getaran gempa yang terekam adalah gelombang primer karena kecepatan
rambatnya paling tinggi, lalu diikuti oleh rekaman gelombang sekunder yang
memiliki kecepatan rambat lebih rendah dari gelombang primer. Gelombang
permukaan datang paling akhir karena memiliki kecepatan rambat paling rendah.
Seismograf mencatat semua getaran dan kecepatan rambat gempa bumi dalam bentuk
seismogram.
Seismograf
menggunakan dua klasifikasi yang berbeda untuk mengukur gelombang seismik yang
dihasilkan gempa, yaitu besaran gempa (Magnitude) dan
intensitas gempa (Intencity). Kedua klasifikasi
pengukuran ini menggunakan skala pengukuran yang berbeda pula. Ada beberapa
skala yang digunakan untuk mengukur kekuatan gempa bumi. Skala Mercalli, Omori,
Cancani, dan skala Richter. Berdasarkan skala-skala ini orang dapat mengenali
kekuatan gempa yang pada akhirnya berguna untuk mengantisipasinya seperti
desain konstruksi bangunan dan jalan raya. Skala Richter digunakan untuk menggambarkan
besaran gempa sedangkan Skala Mercalli digunakan untuk menunjukkan
intensitas gempa, atau pengaruh gempa terhadap tanah, gedung, dan manusia.
1. Klasifikasi
Besaran Gempa Menggunakan Skala Richter
Pada 1935,
seorang Geophysics Amerika
bernama Charles Francis Richter (1900-1985) bersama dengan Geophysics lain
bernama Beno Gutenberg (1889-1960)
mengembangkan skala yang pada prinsipnya dapat membandingkan semua seismogram sehingga mendapatkan
gambaran tremors kekuatan yang serupa. Skala tersebut
bernama Skala Richter dan sampai sekarang diakui
sebagai standar umum skala kekuatan gempa. Skala Richter untuk mengukur
kekuatan gempa bumi yang disebut dengan magnitude (M).
Skala Richter dirancang
dengan logaritma, yang berarti bahwa setiap langkah
menunjukkan kekuatan yang 10 kali lebih hebat dari para pendahulunya. 5 Skala Richter menunjukkan
benturan keras, yang 10 kali lebih kuat dari 4 Skala Richter dan 100 kali lebih kuat dari
3 Skala Richter. Perhitungan
ini sering disebut sebagai Skala Richter terbuka, karena tidak
beroperasi tanpa batas atas. Ukuran Skala Richter dapat dilihat pada tabel
berikut:
Ukuran
Skala Richter
|
Keterangan
|
1,0 - 3,0
|
Tidak diberi label oleh manusia.
|
3,0 - 3,9
|
Dirasakan oleh masyarakat di
sekitar pusat gempa. Lampu gantung mulai goyang.
|
4,0 - 4,9
|
Terasa sekali getarannya. Jendela
bergetar, permukaan air beriak-riak, daun pintu terbuka-tutup sendiri.
|
5,0 - 5,9
|
Sangat sulit untuk berdiri tegak.
Porselin dan kaca pecah, dinding yang lemah runtuh, dan permukaan air di
daratan terbentuk gelombang air.
|
6,0 - 6,9
|
Batu runtuh bersama-sama,
runtuhnya bangunan bertingkat tinggi, rubuhnya bangunan lemah, retakkan di
dalam tanah. Dapat menimbulkan kerusakan pada fisik dan menimbulkan
korban jiwa manusia pada radius sampai 100 kilometer.
|
7,0 - 7,9
|
Pada skala ini termasuk gempa bumi
besar. Dapat menyebabkan kerusakan serius pada daerah yang lebih
luas. Tanah longsor, jembatan roboh, bendungan rusak dan hancur.
Beberapa bangunan tetap, keretakan besar di tanah, rel kereta api rusak.
Terjadi kerusakan total di daerah gempa.
|
8,0 - …
|
Gempa bumi besar. Dapat
menyebabkan kerusakan serius di beberapa daerah dalam radius seratus
kilometer dari wilayah gempa.
|
2. Klasifikasi
Intensitas Gempa Menggunakan Skala Mercalli
Sebelum
ditemukannya alat-alat pencatat getaran gempa, satu-satunya cara untuk
mengukur besarnyagempa adalah dengan jalan pengamatan langsung oleh
manusia. Untuk memudahkan pengamatan tersebut, dibuatlah daftar-daftar yang
mengklasifikasikan besarnya gempa, berdasarkan derajat kerusakan yang
ditimbulkan olehgempa terhadap bangunan-bangunan. Skala daftar derajat
kerusakan ini dinyatakan dalam angka Romawi (I, II, III, ….). Skala ini pada
umumnya digunakan untuk pengamatan oleh orang-orang yang sudah berpengalaman
untuk memperkirakan tingkat intensitas suatu gempa.
Derajat kerusakan
akibat gempa yang sama dengan ukuran yang terdapat dalam daftar yang
dipakai untuk menyatakan intensitas suatu gempa. Intensitas yang
dilaporkan untuk suatu gempa adalah intensitas maksimum yang
disebabkan oleh aktivitas gempa pada suatu lokasi. Intensitas ini
sering juga disebut sebagai intensitas lokal. Intensitas lokal berhubungan
langsung dengan percepatan tanah maksimum yang terjadi akibat gempa.
Dengan demikian intensitas lokal gempa akan berhubungan pula dengan
besar kecilnya kerusakan yang terjadi pada bangunan-bangunan disuatu lokasi.
Daftar skala
intensitas, pertama kali dikembangkan oleh Rossi dari Italia
dan Forrel dari Swiss. Skala ini, merujuk pada nilai I sampai X, yang
untuk pertama kalinya digunakan untuk melaporkan gempa San Fransisco
yang terjadi pada tahun 1906. Pada tahun 1902 seorang seimolog dan vulkanolog
dari Italia bernama Giuseppe Mercalli (1850-1914) mengusulkan skala intensitas
dari I sampai dengan XII. Ia mengklasifikasi skala intensitas gempa bumi
dan pengaruhnya terhadap manusia, bangunan (gedung), dan alam (tanah).
Klasifikasi tersebut bernama Skala Mercalli yang ditentukan berdasarkan
kerusakan akibat gempa dan wawancara kepada para korban, sehingga bersifat
sangat subyektif. Pada tahun 1931, Harry O. Wood dan Frank Neumann memodifikasi
skala Mercalli ini, dan disebut skala Modified Mercalli Intensity (MMI
Scale) untuk mengukur intensitas gempayang terjadi di California,
Amerika.
Skala MMI
mempunyai 12 tingkatan intesitas gempa (I s/d XII). Setiap tingkatan
intensitas didefinisikan berdasarkan pengaruh gempa yang didapat dari
pengamatan, seperti goncangan tanah, dan kerusakan dari strukturbangunan
seperti gedung, jalan, dan jembatan. Tingkat intensitas I sampai VI, digunakan
untuk mendeskripsikan apa yang dilihat dan dirasakan orang selama terjadinya
gempa ringan dan gempa sedang. Sedangkan tingkat intensitas VII sampai dengan
XII digunakan untuk mendeskripsikan kerusakan pada struktur bangunan
selama terjadinya gempa kuat. Klasifikasi intensitas gempa dengan Skala Mercalli dapat
dilihat di tabel berikut :
Tabel 1.
Skala Intensitas Modified Mercalli (MMI Scale)
Ukuran
|
Keterangan
|
I
|
Tidak terasa oleh manusia, direkam
hanya oleh seismograf.
|
II
|
Getaran hanya dirasakan oleh
masyarakat di sekitar pusat gempa.
|
III
|
Getaran dirasakan oleh beberapa
orang. Benda-benda yang bergantung benggoyang dan bergetar ringan.
|
IV
|
Getaran akan dirasakan oleh banyak
orang seperti truk lewat. Porselin dan barang pecah belah berkerincing dan
pintu berderak.
|
V
|
Binatang merasa kesulitan dan
ketakutan. Bangunan mulai bergoyang. Banyak orang akan bangun dari tidurnya.
Getaran terasa oleh orang di luar gedung. Benda-benda tidak stabil di atas
meja. Pintu bergerak tertutup dan terbuka.
|
VI
|
Benda-benda mulai berjatuhan dari
rak, getaran dirasakan oleh semua orang banyak orang takut dan keluar rumah,
berjalan kaki sulit, kaca jendela pecah, meja dan kursi bergerak.
|
VII
|
Banyak orang cemas, keretakan pada
dinding dan jalan, sulit berdiri, getaran terasa oleh pengendara mobil dan
motor, genteng di atap terlepas.
|
VIII
|
Pergeseran barang-barang dirumah,
pengemudi mobil terganggu, tembok bangunan retak.
|
IX
|
Kepanikan meluas, tanah longsor,
banyak atap dan dinding yang roboh pipa dalam tanah putus.
|
X
|
Banyak bangunan rusak, lebar
keretakan di dalam tanah mencapai hingga 1 meter. Sebagian konstruksi portal
dan temboknya rusak beserta pondasinya. Tanggul dan bendungan rusak berat.
Rel kereta api bengkok sedikit. Banyak terjadi tanah lonsor.
|
XI
|
Keretakan dalam tanah makin
melebar, banyak tanah longsor dan batu yang jatuh. Rel kereta api rusak
berat. Pipa-pipa di dalam tanah rusak.
|
XII
|
Hampir sebagian besar bangunan
hancur (rusak total), permukaan tanah perubahan menjadi radikal.
Barang-banrang terlempar ke udara.
|
Di dunia,
setiap tahunnya terjadi rata-rata satu gempa dengan tingkat
intensitas X sampai XII, 10 sampai 20 gempa dengan intensitas VII sampai
IX, dan lebih dari 500 gempa dengan intensitas I sampai VI. Setiap
tahun terjadi hampir 100000 gempa tetapi tidak dicatat manusia, oleh
karena itu gempa-gempa ini tidak diklasifikasikan di dalam skala
MMI. Gempa dengan intensitas II dan III pada skala MMI dapat dianggap
setara dengan gempadengan magnitude M=3 sampai M=4 pada Skala
Richter. Gempa dengan intensitas XI dan III pada skala MMI dapat
dianggap setara dengan gempa dengan magnitude M=8 sampai M=9 pada
Skala Richter.
Hal-hal yang
dapat menyebabkan banyaknya kerusakan dari bangunan pada saat
terjadi gempa adalah, desain dari konstruksi bangunan,
jarak lokasi bangunan dari pusat gempa, dan kondisi lapisan permukaan tanah
dimana bangunan tersebut didirikan. Desain dari konstruksi bangunan
yang berbeda, akan memiliki daya tahan terhadap gempa yang berbeda pula, serta
semakin jauh lokasi bangunan dari pusat gempa, semakin sedikit kerusakan yang
akan terjadi. Demikian juga pengaruh dari kondisi tanah dasar dimana bangunan
didirikan, akan menyebabkan perbedaan pada tingkat kerusakan yang dapat
terjadi. Pada lokasi dimana lapisannya merupakan tanah lunak, gempa akan
menyebabkan bangunan bergoncang lebih keras dibandingkan jika lapisan tanahnya
merupakan tanah lunak. Bangunan-bangunan yang didirikan di atas lapisan tanah
lunak akan mengalami kerusakan yang lebih parah dibandingkan dengan bangunan-bangunan
yang didirikan di atas lapisan tanah keras.
Dari
penjelasan mengenai tingkat kerusakan bangunan yang dapat terjadi
akibat gempa, terlihat bahwa penentuan dari nilai Skala Mercalli sangat
bersifat subjektif karena beberapa hal sebagai berikut:
1. Tergantung
pada jarak epicenter sampai tempat yang dimaksud.
2. Keadaan
geologi setempat.
3. Kualitas
dari bangunan-bangunan setempat di lokasi terjadinya gempa.
4. Pengamatan
manusia sangat dipengaruhi oleh keadaan panik akibat kekacauan yang biasanya
terjadi pada saatgempa,
Skala
Mercalli tidak dapat digunakan secara ilmiah seperti Skala Richter.
Karena skala ini bersifat subjektif, maka untuk suatu kerusakan yang
diakibatkan oleh gempa, pengamatan yang dilakukan oleh beberapa orang akan
mempunyai pendapat yang berbeda mengenai tingkat kerusakan yang terjadi.
J. Alarm
gempa
Alarm ini
berfungsi untuk memberikan peringatan adanya getaran (gempa) bumi. Cara
kerjanya yaitu dengan mendeteksi kedatangan gelombang seismik P-Wave
sebelum kedatangan S-Wave dan Surface Wave (Q-Wave
dan R-Wave) di mana gelombang tersebut bersifat berbahaya dan merusak. Sistem
alarm dengan speakerotomatis
yang bersuara sangat nyaring mampu membangunkan orang yang sedang tidur
sehingga dapat segera menyelamatkan diri.
DAFTAR
PUSTAKA
Yeti Nuryantini,
Ade. 2007. Gempa Bumi, Bandung: Karya Putra Darwati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar