Read more: http://impoint.blogspot.com/2013/03/cara-memasang-auto-readmore-dengan-gambar.html#ixzz2UgNTduKE Dilarang copy paste artikel tanpa menggunakan sumber link - DMCA Protected Follow us: @ravdania on Twitter | pemakan.worell on Facebook
selamat datang di website yudiwahyudin.blogspot.com semoga bermanfaat - selamat datang di website yudiwahyudin.blogspot.com semoga bermanfaat

Rabu, 11 Desember 2013

CARA MENGHITUNG KEBUTUHAN SEMEN, PASIR, SPLIT

Bagi yang sudah pengalaman di proyek, mungkin kita telah familiar dengan istilah perbandingan material pengecoran 1 : 2 : 3. Maksudnya di sini adalah perbandingan material pengecoran yaitu 1 semen : 2 pasir : 3 split. Pada kesempatan ini kita akan menghitung kebutuhan semen, pasir dan split dengan perbandingan tersebut.

Ketentuan yang berlaku di Indonesia adalah bahwa perbandingan ini adalah perbandingan berat misal 1 kg semen : 2 kg pasir : 3 kg split. Tapi untuk pekerjaan misal membuat dak di rumah sendiri, bisa juga digunakan perbandingan volume.

Langsung saja kita misalkan perbandingan tadi sebagai ember, misal 1 ember semen : 2 ember pasir : 3 ember split, atau juga 1 m3 semen : 2 m3 pasir : 3 m3 split. Dalam praktek di lapangan, para tukang biasanya mengunakan takaran beragam, ada yang menggunakan ember, sekop, dan juga dolak.

Patokan ukuran semua alat itu adalah mengacu pada 1 zak semen
1 zak semen = 5 sekop pengki
1 zak semen = 1 dolak
1 zak semen = 0,024 m3 (adalah pendekatan dari ukuran zak semen 50kg yaitu 10 cm x 40 cm x 60 cm)

Jadi campuran betonnya bisa menjadi 5 pengki semen : 10 pengki pasir : 15 pengki split
atau 1 dolak semen : 2 dolak pasir : 3 dolak split
atau 0.024 m3 semen : 0.048 m3 pasir : 0.072 m3 split.

Sekarang saatnya kita menghitung kebutuhan semen, pasir dan split untuk pengecoran. Misal kita ingin membuat dak dengan ukuran 10 m x 6 m dengan tebal 10 cm berapa kebutuhan materialnya jika ingin dibangun dengan mutu beton 1 : 2 : 3 ?
  1. Volume beton yang akan dibangun adalah 10 x 6 x 0.1 = 6 m3
  2. Total campuran tersebut adalah 1 + 2 + 3 = 6, itu berarti 1/6 adalah semen, 2/6 adalah Pasir, dan 3/6 adalah split.
  3. Maka kebutuhan semen : 6 m3 x 1/6 = 1 m3 ; Pasir : 6 m3 x 2/6 = 2m3 ; Split : 6 m3 x 3/6 = 3 m3.

CARA MEMBUAT MAKALAH YANG BENAR

Langkah-Langkah Dalam Membuat Makalah:
1. Sebelum memulai membuat makalah maka anda wajib mempelajari dan menganalisa topik yang akan ditulis.
2. Menyusun pola pikir.
3. Mengumpulkan bahan-bahan materi.
4. Dalam menulis sebuah makalah kita dituntut untuk:
- Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
- Menyusun kalimat agar lebih mudah dipahami
- Singkat, padat, dan jelas dalam uraian
- Rangkaian uraian yang berkaitan

Struktur Penulisan Makalah
1. Lembar Judul atau Jilid
- Judul makalah
- Nama dan Nim
- Nama dan Tempat Perguruan Tinggi
- Tahun
2. Lembar Pengesahan
3. Kata Pengantar
4. Daftar Isi
5. Daftar Gambar
6. Daftar Tabel
7. Tubuh Makalah
a. Pendahuluan : Terbagi menjadi 3 Sub Bab
1. Latar belakang
2. Ruang lingkup
3. Maksud dan tujuan penulisan
b. Pembahasan
c. Penutup
- Kesimpulan
- Saran
d. Daftar Pustaka
e. Lampiran

Format Ukuran Kertas dan Sampul Pembuatan Makalah
a. Kertas : A4 80 gram
b. Sampul : Kertas Buffalo warna Kuning
c. Font : Arial
d. Size : 12
e. Spasi : 1,5
f. Margin
- Atas : 4 cm
- Kiri : 4 cm
- Bawah : 3 cm
- Kanan : 3 cm
g. Makalah ditulis minimal 10 halaman belum termasuk halaman Judul, Lampiran, dan Daftar Pustaka.
h. Nomor Halaman
- Letak di kanan atas
- Angka i,ii,iii,dst. Mulai dari kata pengantar sampai dengan sebelum Bab Pendahuluan.
- Angka 1,2,dst. Mulai dari Pendahuluan sampai dengan akhir.

CARA MEMBUAT MAKALAH YANG BENAR

Langkah-Langkah Dalam Membuat Makalah:
1. Sebelum memulai membuat makalah maka anda wajib mempelajari dan menganalisa topik yang akan ditulis.
2. Menyusun pola pikir.
3. Mengumpulkan bahan-bahan materi.
4. Dalam menulis sebuah makalah kita dituntut untuk:
- Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
- Menyusun kalimat agar lebih mudah dipahami
- Singkat, padat, dan jelas dalam uraian
- Rangkaian uraian yang berkaitan

Struktur Penulisan Makalah
1. Lembar Judul atau Jilid
- Judul makalah
- Nama dan Nim
- Nama dan Tempat Perguruan Tinggi
- Tahun
2. Lembar Pengesahan
3. Kata Pengantar
4. Daftar Isi
5. Daftar Gambar
6. Daftar Tabel
7. Tubuh Makalah
a. Pendahuluan : Terbagi menjadi 3 Sub Bab
1. Latar belakang
2. Ruang lingkup
3. Maksud dan tujuan penulisan
b. Pembahasan
c. Penutup
- Kesimpulan
- Saran
d. Daftar Pustaka
e. Lampiran

Format Ukuran Kertas dan Sampul Pembuatan Makalah
a. Kertas : A4 80 gram
b. Sampul : Kertas Buffalo warna Kuning
c. Font : Arial
d. Size : 12
e. Spasi : 1,5
f. Margin
- Atas : 4 cm
- Kiri : 4 cm
- Bawah : 3 cm
- Kanan : 3 cm
g. Makalah ditulis minimal 10 halaman belum termasuk halaman Judul, Lampiran, dan Daftar Pustaka.
h. Nomor Halaman
- Letak di kanan atas
- Angka i,ii,iii,dst. Mulai dari kata pengantar sampai dengan sebelum Bab Pendahuluan.
- Angka 1,2,dst. Mulai dari Pendahuluan sampai dengan akhir.

Rabu, 29 Mei 2013

makalah geometri

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.      Latar Belakang
Dengan melihat besarnya jumlah kecelakaan yang ada di Indonesia keselamatan jalan harus dipandang secara komprehensif dari semua aspek perencanaan, pekerjaan pembuatan suatu jalan. Perencanaan Geometrik jalan merupakan salah satu persyaratan dari perencanaan jalan yang merupakan rancangan arah dan visualisasi dari trase jalan agar jalan memenuhi persyaratan selamat, aman, nyaman, efisien. Tidak selalu persyaratan itu bisa terpenuhi karena adanya faktor – faktor yang harus menjadi bahan pertimbangan antara lain keadaan lokasi, topografi, geologis, tata guna lahan dan lingkungan. Semua faktor ini bisa berpengaruh terhadap penetapan trase jalan karena akan mempengaruhi penetapan Alinyemen Horisontal, Alinyemen Vertikal dan penampang melintang sebagai bentuk efisiensi dalam batas persyaratan yang berlaku.
Berbagai penelitian tentang pengaruh geometrik terhadap keamanan berkendara telah dilakukan di beberapa Negara namun menghasilkan kesimpulan yang berbeda sehingga mendorong peneliti untuk mengetahui lebih jauh hubungan geometri jalan dan keamanan berkendara beserta karakteristiknya yang terjadi di Indonesia. Dalam makalah ini kami akan coba mengangkat tema Tinjauan Alinyemen Horisontal pada Pertigaan Jalan Brigjen Sudiarto –  Terminal Bus Pucang Gading Surabaya“.

1.2       RUMUSAN MASALAH

Kecelakaan bisa diakibatkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi. Geometrik bisa menjadi faktor penyebab terjadinya kecelakaan. Sejauh mana pengaruh keadaan geometrik jalan  terhadap terjadinya kecelakaan, maka untuk kepentingan penanggulangannya diperlukan adanya suatu pola yang dapat menggambarkan karakteristik suatu jalan raya.
Didalam makalah ini akan dibahas mengenai :
1.      Pengertian Geometrik jalan
2.      Pengertian Alinyemen Horisontal
3.      Pengertian Alinyemen Vertikal
4.      Tinjauan Alinyemen Horisontal

1.3       TUJUAN
            Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah ini antara lain :
1.      Memahami pengertian Geometrik jalan
2.      Memahami pengertian alinyemen horisontal
3.      Memahami contoh perhitungan keamanan alinyemen horisontal
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1       Geometrik jalan

Geometrik jalan adalah suatu bangun jalan raya yang menggambarkan tentang bentuk/ukuran jalan raya baik yang menyangkut penampang melintang, memanjang, maupun aspek lain yang terkait dengan bentuk fisik jalan. Secara filosofis, dalam perencanaan (perancangan) bentuk geometrik jalan raya harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga jalan dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada lalu lintas sesuai dengan fungsinya.
Geometrik jalan raya mencakup berbagai hal / ketentuan yang telah ditetapkan diantaranya tentang Alinemen Vertikal jalan, Alinemen Horizontal jalan, Klasifikasi jalan, bagian-bagian jalan serta hal-hal yang menyangkut teknis jalan lainnya didasarkan pada UU No. 38/2004 tentang Jalan.

Faktor – Faktor Dalam Perancangan Geometri Jalan
Tujuan utama perancangan geometri adalah untuk menghasilkan jalan yang dapat melayani lalu lintas dengan nyaman, efisien serta aman. Kapasitas suatu jalan merupakan suatu faktor pada jalan – jalan , dengan keselamatan merupakan suatu faktor yang dominan untuk jalan , yang mempunyai kecepatan tinggi.
Elemen – elemen utama perancangan geometri jalan adalah :

a.      Alinyemen Horisontal

Alinyemen Horisontal terutama dititik beratkan pada perencanaan sumbu jalan dimana akan terlihat jalan tersebut merupakan jalan lurus, menikung ke kiri, atau ke kanan. Sumbu jalan terdiri dari serangkaian garis lurus, lengkung berbentuk lingkaran dan lengkung peralihan dari bentuk garis lurus kebentuk kebentuk lingkaran. Perencanaan geometrik jalan memfokuskan pada pemilihan letak dan panjang dari bagian ini , sesuai dengan kondisi medan.
Besarnya radius lengkung horizontal dipengaruhi oleh nilai kecepatan rencana, elevasi dan gaya gesek jalannya, hindarkan merencanakan alinyemen horizontal jalan dengan mempergunakan radius minimum karena akan menghasilkan lengkung yang paling tajam pada ruas jalan tersebut sehingga pengemudi merasa tidak nyaman dengan kondisi ini. Besar kecilnya radius lengkung horizontal disesuaikan dengan kecepatan rencana pada ruas jalan tersebut, tabel dibawah ini menunjukkan besarnya radius lengkung Horizontal dengan kecepatan rencananya.


b.      Alinyemen Vertikal

Alinyemen Vertikal atau penampang memanjang jalan disini akan terlihat apakah jalan tersebut tanpa kelandaian, mendaki atau menurun. Pada perencanaan alinyemen Vertikal ini mempertimbangkan bagaimana meletakkan sumbu jalan sesuai kondisi medan dengan memperhatikan sifat operasi kendaraan, keamanan, jarak pandang, dan fungsi jalan.
Pada jalan – jalan berlandai dan volume yang tinggi, seringkali kendaraan – kendaraan berat yang bergerak dengan kecepatan di bawah kecepatan rencana menjadi penghalang kendaraan lain yang bergerak dengan kecepatan sekitar kecepatan rencana, jenis kendaran yang sering menjadi penghalang adalah jenis truk. Dalam perencanaan jalan prosentase turunan / kelandaian yang disarankan menggunakan landai datar untuk jalan – jalan diatas tanah timbunan yang tidak mempunyai kereb. Lereng melintang jalan dianggap cukup untuk mengalirkan air di atas badan jalan dan kemudian ke lereng jalan. Landai 15 % dianjurkan untuk jalan – jalan diatas tanah timbunan dengan medan datar dan menggunakan kereb. Kelandaian ini cukup membantu mengalirkan air hujan ke inlet atau saluran pembuangan. Landai minimum sebesar 3 – 5 % dianjurkan dipergunakan untuk jalan – jalan di daerah galian atau jalan yang memakai kereb. Lereng melintang hanya cukup untuk mengalirkan air hujan yang jatuh diatas badan jalan, sedangkan landai jalan dibutuhkan untuk membuat kemiringan dasar saluran samping.

           


















BAB III
PEMBAHASAN

Evaluasi geometrik jalan dilakukan untuk mengetahui apakah kondisi geometrik jalan yang ada masih dapat memenuhi syarat atau tidak. Evaluasi dilakukan terhadap ketetapan jarak pandang, alinyemen horisontal, alinyemen vertikal dan keterpaduan antara keduanya.

Alinyemen Horisontal

Evaluasi alinyemen horinsontal ini bertujuan untuk mengetahui apakah kondisi – kondisi yang ada masih memenuhi syarat geometrik jalan. Syarat – syarat yang harus dipenuhi adalah :
􀂉 Rc > Rminimum untuk kecepatan rencana dan jenis lengkung yang sesuai.
Rminimum untuk Vr = 40 km/jam dengan lengkung peralihan adalah 60 m,sedangkan
untuk Vr = 40 km/jam tanpa lengkung peralihan Rcmin = 250 m. (Tabel 2.30)
􀂉 ex < e maks untuk perencanaan super elevasi dimana e maks = 8 %
􀂉 Jarak antara 2 tikungan > ½ * ( Ltotal kedua tikungan) untuk dua buah tikungan yang berdekatan.
Contoh perhitungan evaluasi terhadap alinyemen horisontal.

* Lengkung full circle Station PH1 0+541,75
- Sudut tangen                        = 31 º 00 ’

- Tc                              = 132 m

- Rc                             = Tc                 = 132                           = 476 m
   tan1/ 2β.          tan1/ 2.31





                                                      

BAB IV
KESIMPULAN
Hubungan lebar jalan, alinyemen horisontal dan vertikal serta jarak pandang dasarnya memberikan efek besar pada keamanan berkendara. Umumnya lebih peka bila mempertimbangkan faktor – faktor ini bersama – sama karena mempunyai efek psikologis pada para pengemudi dan mempengaruhi pilihannya pada kecepatan gerak. Misalnya memperlebar alinyemen jalan yang tadinya sempit dan tidak memenuhi persyaratan akan dapat mengurangi kecelakaan bila kecepatan tetap sama setelah perbaikan jalan. Akan tetapi, kecepatan biasanya semakin besar karena adanya rasa aman, sehingga laju kecelakaanpun meningkat. Perbaikan superelevasi dan perbaikan permukaan jalan serta alinyemen yang dilaksanakan secara terisolasi juga mempunyai kecenderungan yang sama untuk memperbesar laju kecelakaan. Dari pertimbangan keselamatan, sebaiknya dilakukan penilaian kondisi kecepatan yang mungkin terjadi setelah setiap jenis perbaikan jalan dan mengecek lebar jalur, jarak pandang dan permukaan jalan semuanya memuaskan untuk menaikkan kecepatan yang diperkirakan.
Pemilihan bahan untuk lapisan jalan yang sesuai dengan kebutuhan lalu lintas dan menghindari kecelakaan selip tidak kurang pentingnya dibanding pemilihan untuk tujuan – tujuan konstruksi. Tempat – tempat yang mempunyai permukaan dengan bagian tepi yang rendah koefisien gayanya beberapa kali lipat akan mudah mengalami kecelakaan selip dibanding lokasi – lokasi lain yang sejenis yang mempunyai nilai – nilai yang tinggi. Hal ini penting bila pengereman atau pembelokan sering terjadi , misalnya pada bundaran jalan melengkung dan persimpangan pada saat mendekati tempat pemberhentian bis, penyeberang dan pada jalan jalan miring, maka perlu diberi permukaan jalan yang cocok.
Dalam menganalisis sebaiknya dilakukan secara bersamaan antara pengaruh Lengkung Horisontal dan Naik Serta Turun Vertikal, sehingga pengaruh terhadap angka kecelakaan bisa didapatkan suatu hubungan yang signifikan / dapat ditekan seminimal mungkin.
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pola hubungan Angka Kecelakaan dengan berbagai karakteristik kecelakaan yang ada. Untuk memperkaya studi empiris perlu diadakan studi sejenis pada wilayah yang berbeda.
Saran
Sebagai seorang calon tenaga ahli teknik sipil yang professional, harus dipahami bahwa menata suatu konstruksi ruas jalan dibutuhkan berbagai perhitungan yang matang, akurat dan ketelitian yang tinggi agar faktor-faktor yang dipersyaratkan dalam perencanaan pembangunan maupun peningkatan jalan serta pelaksananaan pekerjaan dapat terpenuhi. Hal ini untuk menjaga kualitas jalan dan faktor keselamatan sesuai dengan standard yang telah ditetapkan. 

DAFTAR PUSTAKA
1.      Direktorat Jenderal Bina Marga, Peraturan Perencanaan Geometrik untuk Jalan Antar Kota No 038/T/BM/1997.
2.      Sukirman, S., (1994), Dasar Dasar Perencanaan Geometrik Jalan, Nova, Bandung.
3.      Fachrurrozy.(2001), Keselamatan Lalu Lintas ( Traffic Safety ), Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta.

4.      Hamirhan Saodang ., (2004), Geometrik Jalan, Nova, Bandung.

makalah geometri

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.      Latar Belakang
Dengan melihat besarnya jumlah kecelakaan yang ada di Indonesia keselamatan jalan harus dipandang secara komprehensif dari semua aspek perencanaan, pekerjaan pembuatan suatu jalan. Perencanaan Geometrik jalan merupakan salah satu persyaratan dari perencanaan jalan yang merupakan rancangan arah dan visualisasi dari trase jalan agar jalan memenuhi persyaratan selamat, aman, nyaman, efisien. Tidak selalu persyaratan itu bisa terpenuhi karena adanya faktor – faktor yang harus menjadi bahan pertimbangan antara lain keadaan lokasi, topografi, geologis, tata guna lahan dan lingkungan. Semua faktor ini bisa berpengaruh terhadap penetapan trase jalan karena akan mempengaruhi penetapan Alinyemen Horisontal, Alinyemen Vertikal dan penampang melintang sebagai bentuk efisiensi dalam batas persyaratan yang berlaku.
Berbagai penelitian tentang pengaruh geometrik terhadap keamanan berkendara telah dilakukan di beberapa Negara namun menghasilkan kesimpulan yang berbeda sehingga mendorong peneliti untuk mengetahui lebih jauh hubungan geometri jalan dan keamanan berkendara beserta karakteristiknya yang terjadi di Indonesia. Dalam makalah ini kami akan coba mengangkat tema Tinjauan Alinyemen Horisontal pada Pertigaan Jalan Brigjen Sudiarto –  Terminal Bus Pucang Gading Surabaya“.

1.2       RUMUSAN MASALAH

Kecelakaan bisa diakibatkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi. Geometrik bisa menjadi faktor penyebab terjadinya kecelakaan. Sejauh mana pengaruh keadaan geometrik jalan  terhadap terjadinya kecelakaan, maka untuk kepentingan penanggulangannya diperlukan adanya suatu pola yang dapat menggambarkan karakteristik suatu jalan raya.
Didalam makalah ini akan dibahas mengenai :
1.      Pengertian Geometrik jalan
2.      Pengertian Alinyemen Horisontal
3.      Pengertian Alinyemen Vertikal
4.      Tinjauan Alinyemen Horisontal

1.3       TUJUAN
            Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah ini antara lain :
1.      Memahami pengertian Geometrik jalan
2.      Memahami pengertian alinyemen horisontal
3.      Memahami contoh perhitungan keamanan alinyemen horisontal
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1       Geometrik jalan

Geometrik jalan adalah suatu bangun jalan raya yang menggambarkan tentang bentuk/ukuran jalan raya baik yang menyangkut penampang melintang, memanjang, maupun aspek lain yang terkait dengan bentuk fisik jalan. Secara filosofis, dalam perencanaan (perancangan) bentuk geometrik jalan raya harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga jalan dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada lalu lintas sesuai dengan fungsinya.
Geometrik jalan raya mencakup berbagai hal / ketentuan yang telah ditetapkan diantaranya tentang Alinemen Vertikal jalan, Alinemen Horizontal jalan, Klasifikasi jalan, bagian-bagian jalan serta hal-hal yang menyangkut teknis jalan lainnya didasarkan pada UU No. 38/2004 tentang Jalan.

Faktor – Faktor Dalam Perancangan Geometri Jalan
Tujuan utama perancangan geometri adalah untuk menghasilkan jalan yang dapat melayani lalu lintas dengan nyaman, efisien serta aman. Kapasitas suatu jalan merupakan suatu faktor pada jalan – jalan , dengan keselamatan merupakan suatu faktor yang dominan untuk jalan , yang mempunyai kecepatan tinggi.
Elemen – elemen utama perancangan geometri jalan adalah :

a.      Alinyemen Horisontal

Alinyemen Horisontal terutama dititik beratkan pada perencanaan sumbu jalan dimana akan terlihat jalan tersebut merupakan jalan lurus, menikung ke kiri, atau ke kanan. Sumbu jalan terdiri dari serangkaian garis lurus, lengkung berbentuk lingkaran dan lengkung peralihan dari bentuk garis lurus kebentuk kebentuk lingkaran. Perencanaan geometrik jalan memfokuskan pada pemilihan letak dan panjang dari bagian ini , sesuai dengan kondisi medan.
Besarnya radius lengkung horizontal dipengaruhi oleh nilai kecepatan rencana, elevasi dan gaya gesek jalannya, hindarkan merencanakan alinyemen horizontal jalan dengan mempergunakan radius minimum karena akan menghasilkan lengkung yang paling tajam pada ruas jalan tersebut sehingga pengemudi merasa tidak nyaman dengan kondisi ini. Besar kecilnya radius lengkung horizontal disesuaikan dengan kecepatan rencana pada ruas jalan tersebut, tabel dibawah ini menunjukkan besarnya radius lengkung Horizontal dengan kecepatan rencananya.


b.      Alinyemen Vertikal

Alinyemen Vertikal atau penampang memanjang jalan disini akan terlihat apakah jalan tersebut tanpa kelandaian, mendaki atau menurun. Pada perencanaan alinyemen Vertikal ini mempertimbangkan bagaimana meletakkan sumbu jalan sesuai kondisi medan dengan memperhatikan sifat operasi kendaraan, keamanan, jarak pandang, dan fungsi jalan.
Pada jalan – jalan berlandai dan volume yang tinggi, seringkali kendaraan – kendaraan berat yang bergerak dengan kecepatan di bawah kecepatan rencana menjadi penghalang kendaraan lain yang bergerak dengan kecepatan sekitar kecepatan rencana, jenis kendaran yang sering menjadi penghalang adalah jenis truk. Dalam perencanaan jalan prosentase turunan / kelandaian yang disarankan menggunakan landai datar untuk jalan – jalan diatas tanah timbunan yang tidak mempunyai kereb. Lereng melintang jalan dianggap cukup untuk mengalirkan air di atas badan jalan dan kemudian ke lereng jalan. Landai 15 % dianjurkan untuk jalan – jalan diatas tanah timbunan dengan medan datar dan menggunakan kereb. Kelandaian ini cukup membantu mengalirkan air hujan ke inlet atau saluran pembuangan. Landai minimum sebesar 3 – 5 % dianjurkan dipergunakan untuk jalan – jalan di daerah galian atau jalan yang memakai kereb. Lereng melintang hanya cukup untuk mengalirkan air hujan yang jatuh diatas badan jalan, sedangkan landai jalan dibutuhkan untuk membuat kemiringan dasar saluran samping.

           


















BAB III
PEMBAHASAN

Evaluasi geometrik jalan dilakukan untuk mengetahui apakah kondisi geometrik jalan yang ada masih dapat memenuhi syarat atau tidak. Evaluasi dilakukan terhadap ketetapan jarak pandang, alinyemen horisontal, alinyemen vertikal dan keterpaduan antara keduanya.

Alinyemen Horisontal

Evaluasi alinyemen horinsontal ini bertujuan untuk mengetahui apakah kondisi – kondisi yang ada masih memenuhi syarat geometrik jalan. Syarat – syarat yang harus dipenuhi adalah :
􀂉 Rc > Rminimum untuk kecepatan rencana dan jenis lengkung yang sesuai.
Rminimum untuk Vr = 40 km/jam dengan lengkung peralihan adalah 60 m,sedangkan
untuk Vr = 40 km/jam tanpa lengkung peralihan Rcmin = 250 m. (Tabel 2.30)
􀂉 ex < e maks untuk perencanaan super elevasi dimana e maks = 8 %
􀂉 Jarak antara 2 tikungan > ½ * ( Ltotal kedua tikungan) untuk dua buah tikungan yang berdekatan.
Contoh perhitungan evaluasi terhadap alinyemen horisontal.

* Lengkung full circle Station PH1 0+541,75
- Sudut tangen                        = 31 º 00 ’

- Tc                              = 132 m

- Rc                             = Tc                 = 132                           = 476 m
   tan1/ 2β.          tan1/ 2.31





                                                      

BAB IV
KESIMPULAN
Hubungan lebar jalan, alinyemen horisontal dan vertikal serta jarak pandang dasarnya memberikan efek besar pada keamanan berkendara. Umumnya lebih peka bila mempertimbangkan faktor – faktor ini bersama – sama karena mempunyai efek psikologis pada para pengemudi dan mempengaruhi pilihannya pada kecepatan gerak. Misalnya memperlebar alinyemen jalan yang tadinya sempit dan tidak memenuhi persyaratan akan dapat mengurangi kecelakaan bila kecepatan tetap sama setelah perbaikan jalan. Akan tetapi, kecepatan biasanya semakin besar karena adanya rasa aman, sehingga laju kecelakaanpun meningkat. Perbaikan superelevasi dan perbaikan permukaan jalan serta alinyemen yang dilaksanakan secara terisolasi juga mempunyai kecenderungan yang sama untuk memperbesar laju kecelakaan. Dari pertimbangan keselamatan, sebaiknya dilakukan penilaian kondisi kecepatan yang mungkin terjadi setelah setiap jenis perbaikan jalan dan mengecek lebar jalur, jarak pandang dan permukaan jalan semuanya memuaskan untuk menaikkan kecepatan yang diperkirakan.
Pemilihan bahan untuk lapisan jalan yang sesuai dengan kebutuhan lalu lintas dan menghindari kecelakaan selip tidak kurang pentingnya dibanding pemilihan untuk tujuan – tujuan konstruksi. Tempat – tempat yang mempunyai permukaan dengan bagian tepi yang rendah koefisien gayanya beberapa kali lipat akan mudah mengalami kecelakaan selip dibanding lokasi – lokasi lain yang sejenis yang mempunyai nilai – nilai yang tinggi. Hal ini penting bila pengereman atau pembelokan sering terjadi , misalnya pada bundaran jalan melengkung dan persimpangan pada saat mendekati tempat pemberhentian bis, penyeberang dan pada jalan jalan miring, maka perlu diberi permukaan jalan yang cocok.
Dalam menganalisis sebaiknya dilakukan secara bersamaan antara pengaruh Lengkung Horisontal dan Naik Serta Turun Vertikal, sehingga pengaruh terhadap angka kecelakaan bisa didapatkan suatu hubungan yang signifikan / dapat ditekan seminimal mungkin.
Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pola hubungan Angka Kecelakaan dengan berbagai karakteristik kecelakaan yang ada. Untuk memperkaya studi empiris perlu diadakan studi sejenis pada wilayah yang berbeda.
Saran
Sebagai seorang calon tenaga ahli teknik sipil yang professional, harus dipahami bahwa menata suatu konstruksi ruas jalan dibutuhkan berbagai perhitungan yang matang, akurat dan ketelitian yang tinggi agar faktor-faktor yang dipersyaratkan dalam perencanaan pembangunan maupun peningkatan jalan serta pelaksananaan pekerjaan dapat terpenuhi. Hal ini untuk menjaga kualitas jalan dan faktor keselamatan sesuai dengan standard yang telah ditetapkan. 

DAFTAR PUSTAKA
1.      Direktorat Jenderal Bina Marga, Peraturan Perencanaan Geometrik untuk Jalan Antar Kota No 038/T/BM/1997.
2.      Sukirman, S., (1994), Dasar Dasar Perencanaan Geometrik Jalan, Nova, Bandung.
3.      Fachrurrozy.(2001), Keselamatan Lalu Lintas ( Traffic Safety ), Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta.

4.      Hamirhan Saodang ., (2004), Geometrik Jalan, Nova, Bandung.